Daftar Blog Saya

Pengikut

About Me

Reni Finna Ast
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Indonesia: Para tersangka teror merencanakan perampokan untuk menggalang dana

Lima pria yang ditembak mati oleh polisi penanggulangan terorisme telah berencana untuk melancarkan pembantaian di Bali dan akan melaksanakan perampokan untuk mendanai rencana tersebut, menurut pihak berwajib pada hari Minggu (18 Maret).
  • Para anggota regu forensik Indonesia memeriksa vila Bali di mana polisi membunuh lima orang yang dicurigai sebagai militan pada hari Minggu (18 Maret). Para pejabat penanggulangan terorisme berkata pada hari Senin (20 Maret) bahwa para tersangka telah menentukan dan meneliti sasaran yang mereka rencanakan untuk diserang. [Reuters] Para anggota regu forensik Indonesia memeriksa vila Bali di mana polisi membunuh lima orang yang dicurigai sebagai militan pada hari Minggu (18 Maret). Para pejabat penanggulangan terorisme berkata pada hari Senin (20 Maret) bahwa para tersangka telah menentukan dan meneliti sasaran yang mereka rencanakan untuk diserang. [Reuters]
Bila itu benar, tuduhan itu dapat menyingkapkan informasi baru akan dunia ekstremisme Islam yang kian terpisah-pisah di Indonesia dan akan cara-cara yang digunakan untuk menyalurkan dana ke tangan para teroris.
Mereka akan “melaksanakan aksi teroris dan merampok berbagai tempat penukaran mata uang serta toko perhiasan di beberapa tempat di Bali. Mereka dipantau (oleh polisi) dalam sebulan terakhir,” kata juru bicara Kepolisian Nasional, Komisaris Besar Boy Rafli Amar, seperti dikutip surat kabar harian Kompas.
Dia berkata bahwa kelompok itu telah menentukan beberapa usaha setempat sebagai sasaran perampokan.
“Saat polisi menyergap, para pelaku akan merampok PT Bali Money Changer di Jalan Sriwijaya di Kuta, dan Toko Emas Uluwatu di Jimbaran. Para pelaku terkait dengan kelompok yang melakukan perampokan bersenjata di Bank CIMB Medan,” jelasnya.
Lebih dari seratus anggota pasukan penanggulangan terorisme Detasemen 88 melancarkan dua penggerebakan terpisah pada hari Minggu di wilayah Denpasar dan Sanur di Bali, yang merupakan salah satu magnet pariwisata terkenal di Indonesia. Razia-razia itu bertepatan waktu sementara Bali sedang bersiap-siap untuk memperingati 10 tahun sejak pemboman teroris tahun 2002, yang menewaskan 202 orang.
Menurut The Jakarta Post, razia pertama terjadi di salah satu daerah pekerja seks komersial paling terkenal di Bali, di mana losmen-losmen sering menyediakan kamar tanpa meminta surat identifikasi.
Salah satu pria yang terbunuh, yang diidentifikasikan sebagai “Hn”, dikatakan ikut serta dalam perampokan bank berdarah tahun 2010 di Medan. Seorang petugas polisi tewas setelah dadanya tertembak saat terjadinya perampokan oleh lebih dari sepuluh pria bersenjatakan senapan, pistol dan pisau. Mereka berhasil melarikan diri dengan membawa sekitar 500 juta rupiah ($62.000).
“Kelompok ini berbahaya dan mereka memiliki struktur [organisasi] di beberapa provinsi,” menurut ketua Badan Nasional Penangggulangan Terorisme (BNPT), Petrus Golose, kepada anggota DPR pada hari Senin.
Jaringan ini berencana untuk melaksanakan pembunuhan terhadap para wisatawan dan percaya bahwa merampok harta benda non-Muslim untuk melakukan jihad adalah pantas, tambah Golose.
“Sudah jelas bahwa mereka menggalang dana untuk jihad – mereka tak punya bahan peledak, sehingga mereka perlu mendapatkan uang dahulu untuk memperoleh bahan peledak,” menurut polisi seperti dikutip BBC.
Hubungan jelas dengan kelompok militan lain, Jemaah Anshorut Tauhid (JAT), belum dikonfirmasi, menurut laporan BBC. JAT, yang terkait dengan perampokan Medan, dan Jemaah Islamiyah (JI), memiliki rekan pendiri yang sama, Abu Bakar Bashir.
Indonesia telah melakukan upaya penanggulangan terorisme yang berhasil selama dasawarsa terakhir, membongkar JI yang terkait dengan al-Qaeda dan menewaskan atau menangkap kebanyakan anggota intinya.
Namun menurut para analis, satu akibatnya adalah ekstremisme Islam menjadi lebih samar-samar dan sulit dilacak. Karena kelompok-kelompok yang dikenal luas telah pecah atau ditekan, pergerakan jihad telah berubah menjadi sel-sel yang berhubungan lepas dan masih merupakan ancaman keamanan.
“Saya pikir inilah modus baru jaringan teror di Indonesia yang telah lepas dari jaringan sebelumnya yang lebih lama berdiri seperti JI,” kata Yeremia Lalisang, profesor kajian terorisme di Universitas Indonesia, saat berkomentar pada Khabar Southeast Asia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar