Di siang hari, Zuhri Yahya bekerja sebagai eksekutif di perusahaan
iklan bis. Di waktu luangnya, dia bekerja keras menyelamatkan bayi-bayi
yang tidak diinginkan.
Semuanya mulai pada bulan September 2010, pada saat dia menjalani kegiatan hariannya seperti biasa di dalam mobilnya dan melihat kerumunan orang di tepi jalan.
“Ketika saya berhenti di lampu merah, saya sempat melihat apa yang terjadi di tengah keributan itu,” demikian kata Zuhri, 31 tahun, kepada Khabar Southeast Asia. “Pada saat itulah saya melihat jasad seorang bayi yang dikerumuni lalat, diangkat dari tong sampah. Saya menangis.”
Kebanyakan orang yang mengalami situasi seperti itu menghapus air mata mereka dan melupakannya, namun Zuhri bertindak, dengan meluncurkan Proyek Kewaspadaan Bayi Terbuang (ABBA).
Dia menjadi relawan di OrphanCARE, sebuah lembaga swadaya masyarakat nirlaba yang didirikan pada tahun 2008 oleh almarhum Adnan Mohammad Tahir untuk mempercepat dan menghapus stigma proses adopsi.
Pada tahun 2010, OrphanCARE membuka proyek Pelindung Bayi mereka, di mana bayi-bayi yang tidak diinginkan dapat secara aman dan tanpa nama diserahkan pada perlindungan negara.
Sarana yang tidak ada bandingannya ini terletak di pusat operasi OrphanCARE di kawasan permukiman hening di Petaling Jaya, sekitar 30 km di bagian timur pusat Kuala Lumpur. Sekarang, Zuhri menghabiskan banyak waktunya memberi tahu warga mengenai hal itu dan menjelaskan cara kerjanya.
“Seorang ibu muda yang putus asa mendatangi OrphanCARE membawa bayinya yang baru lahir. Dia mendekati kotak pelindung, membukanya dan menaruh bayinya di dalam. Sebuah sensor segera menyadari kehadiran bayi tersebut, memicu dengung bel dan menyalakan lampu berkedip-kedip di ruangan petugas pengasuh,” demikian ucapnya.
Petugas pengasuh memeriksa TV saluran tertutup untuk mengkonfirmasi kehadiran bayi dan untuk melihat apakah wanita itu sudah pergi, untuk memastikan jati dirinya tetap tidak diketahui. Kemudian, petugas itu mengambil bayinya.
“Kami biasanya mengasuh bayi-bayi itu selama sekitar 7-9 hari sampai mereka diserahkan kepada Organisasi Kesejahteraan Negara untuk memulai proses adopsi mereka,” demikian ungkap Zuhri.
Sembilan bayi telah diletakkan di pelindung bayi sejak program itu diluncurkan pada tahun 2010. Zuhri dan para relawan lain berharap untuk menyelamatkan lebih banyak bayi.
Karena para ibu takut akan stigma, para bayi ditinggalkan untuk mati
Menurut data dari Kepolisian Royal Malaysia, 396 bayi dibuang di Malaysia antara tahun 2005 dan 2011. Pada bulan Januari 2012, 19 bayi dibuang; 13 di antaranya selamat, demikian menurut polisi.
Rasa malu atau takut akan hukuman karena melahirkan bayi di luar ikatan pernikahan adalah satu penyebab pembuangan bayi, demikian menurut mantan menteri pengembangan wanita, keluarga dan masyarakat, Shahrizat Abdul Jalil. Selain itu, bayi yang terlahir cacat terkadang dibuang.
“Kurangnya pendidikan agama; tidak adanya pengetahuan akan layanan bantuan yang tersedia seperti layanan penyuluhan, ditinggal ayah si bayi, dan para ibu yang merupakan imigran ilegal tanpa surat yang memadai adalah beberapa alasan mengapa kebanyakan orang yang membuang bayi mereka tidak meminta bantuan dari pihak berwenang atau departemen kesejahteraan,” demikian katanya.
“Bayi-bayi ini terkadang ditinggalkan di tong sampah, saluran pembuangan, kamar kecil, dan tempat-tempat lain yang tidak disangka,” demikian ucap Zuhri.
Sementara itu, yang membuat tragedi ini makin menyedihkan, sekitar 1.000 pasangan di Malaysia pada saat ini sedang menunggu permohonan adopsi mereka dikabulkan, jelasnya.
“Pahlawan ABBA” mendidik kaum muda
Untuk menjembatani mereka, Zuhri mengatur apa yang disebutnya “pahlawan ABBA” untuk berbicara kepada kaum muda mengenai pembuangan bayi dan keberadaan pelindung bayi, dan untuk menyediakan tempat bagi kaum muda untuk membicarakan tema-tema seperti pendidikan seksual dan untuk mencari bantuan.
Untuk pendanaan dan tenaga relawan, Zuhri meminta bantuan Proyek Muslim Muda, sebuah kelompok di mana dia menjadi anggota, yang merupakan tempat kaum muda membicarakan kehidupan dan keyakinan serta meluncurkan berbagai proyek layanan dan kegiatan sosial.
Di sebuah karnaval kaum muda tahun lalu, regu ABBA meninggalkan boneka-boneka bayi di beberapa tempat di karnaval. Di boneka bayi itu, tertulis petunjuk bagi penemunya untuk mengembalikan boneka bayi tersebut ke tenda ABBA dan kotak pelindung bayi tiruan.
“Ketika orang-orang masuk ke bilik, kami menjelaskan keberadaan dan mekanisme pelindung bayi serta menjelaskan kepada mereka akan kasus pembuangan bayi yang merajalela. Beberapa dari mereka yang datang juga sempat berbicara dan bertanya kepada para relawan kami.”
Selain ikut serta dalam kegiatan kaum muda, ABBA juga berceramah di sekolah-sekolah. “Kadang kami memberi penyuluhan tentang pantang berhubungan intim dan pada saat yang lain kami membicarakan seks dan dampaknya. Ya, kebanyakan dari anak muda ini tidak tahu bahwa melakukan hubungan seks tanpa pelindung bisa menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan!”
Zuhri ingin menempatkan pelindung-pelindung bayi di berbagai tempat lain di Malaysia dan mungkin juga di negara lain.
“Pembuangan bayi bukanlah masalah bagi Malaysia saja. Bulan lalu, dua pelajar Sudan berbicara kepada saya tentang mendirikan pusat pelindung bayi di negara mereka,” demikian ujarnya.
“Saya berharap bahwa ABBA bisa tumbuh dan semoga menyelamatkan nyawa banyak bayi yang tidak bersalah.”
Semuanya mulai pada bulan September 2010, pada saat dia menjalani kegiatan hariannya seperti biasa di dalam mobilnya dan melihat kerumunan orang di tepi jalan.
“Ketika saya berhenti di lampu merah, saya sempat melihat apa yang terjadi di tengah keributan itu,” demikian kata Zuhri, 31 tahun, kepada Khabar Southeast Asia. “Pada saat itulah saya melihat jasad seorang bayi yang dikerumuni lalat, diangkat dari tong sampah. Saya menangis.”
Kebanyakan orang yang mengalami situasi seperti itu menghapus air mata mereka dan melupakannya, namun Zuhri bertindak, dengan meluncurkan Proyek Kewaspadaan Bayi Terbuang (ABBA).
Dia menjadi relawan di OrphanCARE, sebuah lembaga swadaya masyarakat nirlaba yang didirikan pada tahun 2008 oleh almarhum Adnan Mohammad Tahir untuk mempercepat dan menghapus stigma proses adopsi.
Pada tahun 2010, OrphanCARE membuka proyek Pelindung Bayi mereka, di mana bayi-bayi yang tidak diinginkan dapat secara aman dan tanpa nama diserahkan pada perlindungan negara.
Sarana yang tidak ada bandingannya ini terletak di pusat operasi OrphanCARE di kawasan permukiman hening di Petaling Jaya, sekitar 30 km di bagian timur pusat Kuala Lumpur. Sekarang, Zuhri menghabiskan banyak waktunya memberi tahu warga mengenai hal itu dan menjelaskan cara kerjanya.
“Seorang ibu muda yang putus asa mendatangi OrphanCARE membawa bayinya yang baru lahir. Dia mendekati kotak pelindung, membukanya dan menaruh bayinya di dalam. Sebuah sensor segera menyadari kehadiran bayi tersebut, memicu dengung bel dan menyalakan lampu berkedip-kedip di ruangan petugas pengasuh,” demikian ucapnya.
Petugas pengasuh memeriksa TV saluran tertutup untuk mengkonfirmasi kehadiran bayi dan untuk melihat apakah wanita itu sudah pergi, untuk memastikan jati dirinya tetap tidak diketahui. Kemudian, petugas itu mengambil bayinya.
“Kami biasanya mengasuh bayi-bayi itu selama sekitar 7-9 hari sampai mereka diserahkan kepada Organisasi Kesejahteraan Negara untuk memulai proses adopsi mereka,” demikian ungkap Zuhri.
Sembilan bayi telah diletakkan di pelindung bayi sejak program itu diluncurkan pada tahun 2010. Zuhri dan para relawan lain berharap untuk menyelamatkan lebih banyak bayi.
Karena para ibu takut akan stigma, para bayi ditinggalkan untuk mati
Menurut data dari Kepolisian Royal Malaysia, 396 bayi dibuang di Malaysia antara tahun 2005 dan 2011. Pada bulan Januari 2012, 19 bayi dibuang; 13 di antaranya selamat, demikian menurut polisi.
Rasa malu atau takut akan hukuman karena melahirkan bayi di luar ikatan pernikahan adalah satu penyebab pembuangan bayi, demikian menurut mantan menteri pengembangan wanita, keluarga dan masyarakat, Shahrizat Abdul Jalil. Selain itu, bayi yang terlahir cacat terkadang dibuang.
“Kurangnya pendidikan agama; tidak adanya pengetahuan akan layanan bantuan yang tersedia seperti layanan penyuluhan, ditinggal ayah si bayi, dan para ibu yang merupakan imigran ilegal tanpa surat yang memadai adalah beberapa alasan mengapa kebanyakan orang yang membuang bayi mereka tidak meminta bantuan dari pihak berwenang atau departemen kesejahteraan,” demikian katanya.
“Bayi-bayi ini terkadang ditinggalkan di tong sampah, saluran pembuangan, kamar kecil, dan tempat-tempat lain yang tidak disangka,” demikian ucap Zuhri.
Sementara itu, yang membuat tragedi ini makin menyedihkan, sekitar 1.000 pasangan di Malaysia pada saat ini sedang menunggu permohonan adopsi mereka dikabulkan, jelasnya.
“Pahlawan ABBA” mendidik kaum muda
Untuk menjembatani mereka, Zuhri mengatur apa yang disebutnya “pahlawan ABBA” untuk berbicara kepada kaum muda mengenai pembuangan bayi dan keberadaan pelindung bayi, dan untuk menyediakan tempat bagi kaum muda untuk membicarakan tema-tema seperti pendidikan seksual dan untuk mencari bantuan.
Untuk pendanaan dan tenaga relawan, Zuhri meminta bantuan Proyek Muslim Muda, sebuah kelompok di mana dia menjadi anggota, yang merupakan tempat kaum muda membicarakan kehidupan dan keyakinan serta meluncurkan berbagai proyek layanan dan kegiatan sosial.
Di sebuah karnaval kaum muda tahun lalu, regu ABBA meninggalkan boneka-boneka bayi di beberapa tempat di karnaval. Di boneka bayi itu, tertulis petunjuk bagi penemunya untuk mengembalikan boneka bayi tersebut ke tenda ABBA dan kotak pelindung bayi tiruan.
“Ketika orang-orang masuk ke bilik, kami menjelaskan keberadaan dan mekanisme pelindung bayi serta menjelaskan kepada mereka akan kasus pembuangan bayi yang merajalela. Beberapa dari mereka yang datang juga sempat berbicara dan bertanya kepada para relawan kami.”
Selain ikut serta dalam kegiatan kaum muda, ABBA juga berceramah di sekolah-sekolah. “Kadang kami memberi penyuluhan tentang pantang berhubungan intim dan pada saat yang lain kami membicarakan seks dan dampaknya. Ya, kebanyakan dari anak muda ini tidak tahu bahwa melakukan hubungan seks tanpa pelindung bisa menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan!”
Zuhri ingin menempatkan pelindung-pelindung bayi di berbagai tempat lain di Malaysia dan mungkin juga di negara lain.
“Pembuangan bayi bukanlah masalah bagi Malaysia saja. Bulan lalu, dua pelajar Sudan berbicara kepada saya tentang mendirikan pusat pelindung bayi di negara mereka,” demikian ujarnya.
“Saya berharap bahwa ABBA bisa tumbuh dan semoga menyelamatkan nyawa banyak bayi yang tidak bersalah.”
0 komentar:
Posting Komentar